Friday, October 31, 2008

di sebuah angkot

g sengaja, suatu siang, gw denger percakapan dalam bahasa Sunda dua orang anak laki-laki berseragam SMP di angkot Cihaheum-Ledeng, dalam perjalanan ke tempat kos teman. “Maneh geus meuli sendal 347 can?” pertanyaan dalam bahasa sunda yang artinya: ‘kamu sudah beli sendal 347 belum? ‘, mengusik gw. Secara reflek, gw memandang si penanya yang duduk di hadapan gw. Ketika memandang mimik mukanya yang berapi-api, mata gw terpaut pada ransel sekolah yang ada dipangkuannya, memandang sepatunya dan kaos kakinya berlabel riotic indikator dan 347. Temannya yang duduk di sebelah gw jawab: “acan euy, ku naon aya nu anyar?’ (belum, kenapa ada yang baru?). Anak SMP yang duduk d dpan gw itu setengah memarahi temannya: “Payah siah, meuli atuh meh gaul!” (payah kamu, beli dong biar gaul). lucu dan sekaligus geli dengan dua orang anak SMP itu. Kegelian gw bukan karena ekspresi mereka, tapi bayangan dandhy dan dadan yang tiba-tiba muncul di kepala gw. seorang sosok yang gw tau, si pemilik clothing label 347/eat dan riotic, pasti dia akan cengar-cengir ketika mendengarkan hal ini.

CERITA LAeNya.....
Sejak boom distro tahun 2002an, gaya berpenampilan anak-anak muda Bandung jakarta dan kota2 besar lain, mulai anak SMP sampai kuliahan mengalami perubahan yang mencolok. Merek-merek lokal, seperti 347/eat, Oval, riotic, Airplane, Monik, Celtic, Nolabel, Invictus, God Inc dan masih banyak lagi, menghiasi penampilan mereka mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bukan hanya anak muda Bandung, setiap weekend dan menjelang hari raya, distro itu sibuk melayani serbuan konsumen mereka dari Jakarta dan kota-kota sekitar Bandung. “Gila orang Jakarta kalau belanja kayak orang kalap, kayak di Jakarta ga ada aja kaos kaya gitu” mengambil komentar Iit, seorang teman juga pemilik God Inc.

nora bner yach anak2 jakarta :p heuheuehuehuheu

No comments: