Friday, November 1, 2013

Periksa kembali, kembalian mu.....

Seminggu yang lalu, gue ada jadwal liputan di daerah Senopati, berhubung rumah photographer kantor gue (namanya Elik Ragil) di daerah Jagakarsa, sungguh membuang waktu banget kalau harus janjian di kantor (daerah Raden Saleh, Cikini) untuk berangkat liputan bareng.

Biasanya, kami janjian di tempat-tempat yang mudah ditemui, salah satunya di 711 (Sevel, seperti yang disebut oleh anak-anak Jakarta, termasuk kami :p). Pada hari H liputan, kami janjian di 711 Blok M, persis samping KFC Bulungan. Mungkin, karena tempatnya dapat terjangkau oleh kami untuk bertemu. Gue dari daerah Matraman ke Blok M (tidak begitu jauh), jarak yang sama seperti photographer kantor dari rumahnya ke tempat janjian.

Janjian liputan pukul 14.00 WIB, gue janjian di Sevel pukul 13.00. Berangkatlah gue dari rumah jam 12, perkiraan gue satu jam ke Blok M, karena gue pikir udah siang gitu, orang kantor paling udah di kantor atau lagi makan siang. Dari rumah gue naik angkot ke Halte Busway Pasar Genjing, jeng.. jeng.. nunggu Trans Jakarta hampir satu jam dan rata-rata bus yang datang itu isinya penuh.

Perkiraan gue salah ternyata. Ketika bus berikutnya datang, gue nggak mau tau harus naik dan harus sampai TKP janjian nggak telat. Masuklah gue dengan tanpa dosa, ya walaupun berdirinya di samping kenek Trans Jakarta. Bodo amat, daripada gue telat. Pikir gue.

Sampai Dukuh Atas, transitlah ke arah Blok M. Suasana di dalam Trans Jakarta tersebut timpang sama Trans Jakarta yang sebelumnya gue tumpangi. Di sini gue bisa duduk sambil menikmati ademnya AC *norak* *kepanasan soalnya*.

Gue bbm photographer kantor, "Om, Ratih udah ke arah Blok M nih, tunggu yaa, maap telat nih, tadi nunggu Trans Jakartanya lama, mana panas banget, *curhat*." FYI, bukan karena dia seperti om-om gue panggil "Om", tapi sebelum gue kerja bareng dia, gue udah kenal dia sebagai temennya om gue. Ya mau sampai kapan pun gue panggil dia "Om" walaupun sekarang statusnya sebagai rekan kerja.

"Ok, santai aja, gue udah di dalem Sevel ya," balasan bbm darinya. Sampailah di halte TransJ Blok M yang tempatnya bebarengan sama terminal Blok M. Jarak antara halte ke Sevel Blok M, cukup menguras hati. Jalan kaki dong yah ke arah sana, ada ojek sih, tapi menurut gue akan jadinya muter-muter jalan dan jadi lama. Gue putuskan jalan kaki. Beuhh, matahari menyinari bumi selayaknya kamu menyinari aku selama ini, terang banget.

Sesampainya di Sevel Blok M, gue ngos-ngosan."Huffft haaffft hufffft" (gue nggak tau sih bunyi ngos-ngosan kalau ditulis gini kayak gimana). Jantung gue berdetak cepat banget. Badan pegel-pegel, berat bawa tas yang berisi leptop serta peralatan perang lainnya, seperti payung, tempat pensil, tempat kaca mata, dan lain-lain.

"Om, Ratih jajan dulu ya, haus beneurr nih, perjalanan ke sini ngeselin hu hu hu hu," curhat gue. "Siap santai aja," kata Om Elik.

Gue beli garlic bread sama Fanta, total jajanan gue sekitar 12ribu rupiah. Ke kasir lah gue untuk membayar, masih (sambil) ngos-ngosan. Gue membayar dengan lembaran 100rb. Tanpa pikir panjang gue terima kembalian dari kasir nggak gue periksa. Uang kembalian dan struknya gue masukin ke dompet lalu gue ke tempat duduk, sambil curhat lagi ke Om Elik "tau gitu gue ngga bawa leptop nih, Om. Berat banget. Pegel." Om Elik cuma bilang "Yee elo labil banget."

Jam udah nunjukkin pukul 14.15-an gitu, "Yuk, Om ke TKP liputan, udah telat nih," ajak gue setelah melihat jam. Jalan lah gue ke tempat liputan seperti biasa tanpa ada rasa ada yang tertinggal di Sevel itu.

Hari itu terik banget, deh. Sambil menunggu narasumber datang di TKP liputan, gue bilang ke Om Elik, "Om gimana kalau balik ke kantor ntar-ntaran aja, panas banget gini." Om Elik pun menyetujui saran gue.

Liputan berakhir sekitar pukul 16.00an gitu (lupa persisnya menit dan detiknya :p), balik lah ke arah kantor dari daerah Senopati. Di tengah jalan, bensin motor Om Elik udah kela-kelip tanda mau habis. Gue nggak mau dorong lah kalau tiba-tiba mogok di tengah jalan. "Om, isi bensin keleuuuuss (kali -bahasa anak g4uL sekarang)," tutur gue.

Nggak lama setelah itu, ada pom bensin di depan mata kami. Girang lah kami seperti anak kecil yang lagi nangis lalu dikasih ice cream dari mamanya. Om Elik tergesa-gesa mau ambil uangnya untuk membayar bensin. Gue bilang "Om, pake uang Ratih dulu deh, ya." Ke kasir lah gue sambil ngambil dompet di tas, mba-mba kasirnya bilang "30ribu ya, Mbak." Sambil buka dompet dan ngambil uang 30 ribu, gue bilang "iya, Mba."

Gue sempet bengong di depan kasir pom bensin yang warnanya kuning-kuning kayak eek itu. Gue bengong bukan karena liat eek :p gue bengong karena ngeliat uang gue di dompet cuma ada 38ribu, yang sehatusnya ada 88ribu karena tadi gue jajan di Sevel 12ribu (karena gue membayar pakai uang 100rb, mana tinggal selembar-lembarnya *curhat lagi*)

Pas gue ngeliat struk Sevel itu dan masih di depan kasir, gue kaget, karena tertera pada cash Rp.50.000 dan tertera pada 'kembali' Rp.38.000. "Shyiiiiit, gue kesirep," dalam hati miris.

Jalan lah gue menuju Om Elik, sambil bingung dan agak sedikit panik. Om Elik pun langsung nanya, "Kenapa Tih, kurang ya uangnya?" sambil mencoba mengambil dompetnya lagi di dalam tas, untuk menambahi uang gue yang kurang, pikirnya.

"Nggak, Om. Cukup kok, cuma kayaknya Ratih skip gitu deh tadi pas Sevel. Tadi kan Ratih jajan 12rb, trs bayar pake 100rb, udah gitu Ratih nggak meriksa kembalian lagi, langsung masukin ke dompet, kan tadi lagi ngos-ngosan tuh. Tapi, di struk tulisan bayarnya 50rb, kembali 38rb, bener sih kalo di struk, mah," curhat gue di motor. "Ya nggak mungkin balik lagi ke Sevel terus komen, harusnya tadi pas di depan kasir Sevelnya, yaudalah musibah," tambah gue.

"Yaaah Ratih, pelajaran buat kita, kalau abis belanja apapun, di manapun harus cek kembalian dan struk lagi yaa di depan kasir, yaudah sabar, tar kita jajan mie ayam gerobakan, deh," kata Om Elik sambil menyetir motornya yang abis diisi bensin lalu berlari kencang.

Gue berpikir, gue dan mba-mba kasir itu cuma manusia, semua punya kecerobohan. Tetapi, kalau memang ada udang di balik batu, ya mudah-mudahan udangnya enak kalau di makan.

Saran untuk semua, jangan lupa meriksa lagi struk serta uang kembaliannya di depan kasir, berapapun, di manapun. Kejahatan ada karena kesempatan (kayak di tipi-tipi :p).

Cheers,
selamat beraktivitas, semua :")