Tuesday, December 31, 2013

Bye 2013

Beberapa jam lagi, kita akan mengakhiri tahun 2013. Jadi, gue mau kilas balik perjalanan hidup gue selama setahun ke belakang ah~

Di awal 2013 kemarin gue masih menjalani aktivitas sebagai mahasiswi dan sekitar Maret gue menjalani semester akhir gue untuk menempuh Sarjana Ilmu Komunikasi di IISIP Jakarta. Gue memang dari awal memang udah nargetin di 2013 gue udah harus selesai kuliah, karena menurut gue "ya wong kuliah doang apa susahnya sih, duduk di kelas, merhatiin dosen ngajar, ngerjain tugas, main, bergaul, skripsi, selesai."

Emang sih ngomong kayak gitu gampang banget, tapi pada prakteknya kadang tak sesuai. Maret 2013, gue sukses melewati semester tujuh, yang mana Maret-Juli gue bisa ambil semester akhir dan skripsian dong tentunya.

Skripsi, satu kata berjuta rasa. Merasakan bagaimana judul diobrak-abrik, merasakan bagaimana lamanya nunggu dosen pembimbing dibandingkan nunggu ditembak pacar pada waktu dulu (curhat), merasakan deg-degannya proses menuju sidang skripsi, merasakan bagaiaman jantung yang berdetak lebih kenceng dibandingkan dibawa ngebut sama supir Patas 84 jurusan Pulo Gadung - Depok.

Semuanya menjadi satu, dan alhamdulillah akhir Juli dan pas banget bulan puasa, gue dinyatakan lulus sidang skripsi, gue jadi inget empat tahun lalu masuk IISIP Jakarta pas bulan puasa, eh lulusnya juga bulan puasa, hamdalah~

Awal jadi sarjana, sempet ikut kerja sama Mamang di Majalah VOICE+ jadi reporter, ketemu banyak orang-orang baru dan menurut gue hebat di bidangnya masing-masing, gue banyak belajar, nambah wawasan.

Sempet luntang-lantung juga karena belum dapat kerjaan tetap, hal itu kadang bikin gue gregetan sama gue sendiri, "bener kata emak bapak gue, cari uang susah banget."

Awal November, dapet telepon dari Boomee.co (kantor gue sekarang, alhamdulillah ga pengangguran :p) untuk interview, Boomee semacam media online yang bergerak di sosial media, baru September berdiri, dan gue diajak kerja untuk membangun Boomee bersama.

Gak pake psikotest, gak pake interview yang dari HRD terus ke User, lalu ke Manajer HRD seperti kantor-kantor lain (cuiiiihh), padahal menurut gw psikotest gak penting, yang penting kan kemampuan kita bagaimana dalam bekerja nantinya.

Alhamdulillah, di penghujung tahun gue udah bisa merasakan bagaimana beli baju, celana, jajan pakai uang sendiri. Senangnya.

Lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan di tahun 2013, merupakan impian di tahun 2012.

Eh tapi, sampai 2013 berakhir ini ada satu resolusi gue yang belum tercapai yaitu belum bisa mengendarai motor T_T.

Impian apa di 2014?
Next post.
*brb mikir apa aja impian di 2014*

Xx

Friday, November 1, 2013

Periksa kembali, kembalian mu.....

Seminggu yang lalu, gue ada jadwal liputan di daerah Senopati, berhubung rumah photographer kantor gue (namanya Elik Ragil) di daerah Jagakarsa, sungguh membuang waktu banget kalau harus janjian di kantor (daerah Raden Saleh, Cikini) untuk berangkat liputan bareng.

Biasanya, kami janjian di tempat-tempat yang mudah ditemui, salah satunya di 711 (Sevel, seperti yang disebut oleh anak-anak Jakarta, termasuk kami :p). Pada hari H liputan, kami janjian di 711 Blok M, persis samping KFC Bulungan. Mungkin, karena tempatnya dapat terjangkau oleh kami untuk bertemu. Gue dari daerah Matraman ke Blok M (tidak begitu jauh), jarak yang sama seperti photographer kantor dari rumahnya ke tempat janjian.

Janjian liputan pukul 14.00 WIB, gue janjian di Sevel pukul 13.00. Berangkatlah gue dari rumah jam 12, perkiraan gue satu jam ke Blok M, karena gue pikir udah siang gitu, orang kantor paling udah di kantor atau lagi makan siang. Dari rumah gue naik angkot ke Halte Busway Pasar Genjing, jeng.. jeng.. nunggu Trans Jakarta hampir satu jam dan rata-rata bus yang datang itu isinya penuh.

Perkiraan gue salah ternyata. Ketika bus berikutnya datang, gue nggak mau tau harus naik dan harus sampai TKP janjian nggak telat. Masuklah gue dengan tanpa dosa, ya walaupun berdirinya di samping kenek Trans Jakarta. Bodo amat, daripada gue telat. Pikir gue.

Sampai Dukuh Atas, transitlah ke arah Blok M. Suasana di dalam Trans Jakarta tersebut timpang sama Trans Jakarta yang sebelumnya gue tumpangi. Di sini gue bisa duduk sambil menikmati ademnya AC *norak* *kepanasan soalnya*.

Gue bbm photographer kantor, "Om, Ratih udah ke arah Blok M nih, tunggu yaa, maap telat nih, tadi nunggu Trans Jakartanya lama, mana panas banget, *curhat*." FYI, bukan karena dia seperti om-om gue panggil "Om", tapi sebelum gue kerja bareng dia, gue udah kenal dia sebagai temennya om gue. Ya mau sampai kapan pun gue panggil dia "Om" walaupun sekarang statusnya sebagai rekan kerja.

"Ok, santai aja, gue udah di dalem Sevel ya," balasan bbm darinya. Sampailah di halte TransJ Blok M yang tempatnya bebarengan sama terminal Blok M. Jarak antara halte ke Sevel Blok M, cukup menguras hati. Jalan kaki dong yah ke arah sana, ada ojek sih, tapi menurut gue akan jadinya muter-muter jalan dan jadi lama. Gue putuskan jalan kaki. Beuhh, matahari menyinari bumi selayaknya kamu menyinari aku selama ini, terang banget.

Sesampainya di Sevel Blok M, gue ngos-ngosan."Huffft haaffft hufffft" (gue nggak tau sih bunyi ngos-ngosan kalau ditulis gini kayak gimana). Jantung gue berdetak cepat banget. Badan pegel-pegel, berat bawa tas yang berisi leptop serta peralatan perang lainnya, seperti payung, tempat pensil, tempat kaca mata, dan lain-lain.

"Om, Ratih jajan dulu ya, haus beneurr nih, perjalanan ke sini ngeselin hu hu hu hu," curhat gue. "Siap santai aja," kata Om Elik.

Gue beli garlic bread sama Fanta, total jajanan gue sekitar 12ribu rupiah. Ke kasir lah gue untuk membayar, masih (sambil) ngos-ngosan. Gue membayar dengan lembaran 100rb. Tanpa pikir panjang gue terima kembalian dari kasir nggak gue periksa. Uang kembalian dan struknya gue masukin ke dompet lalu gue ke tempat duduk, sambil curhat lagi ke Om Elik "tau gitu gue ngga bawa leptop nih, Om. Berat banget. Pegel." Om Elik cuma bilang "Yee elo labil banget."

Jam udah nunjukkin pukul 14.15-an gitu, "Yuk, Om ke TKP liputan, udah telat nih," ajak gue setelah melihat jam. Jalan lah gue ke tempat liputan seperti biasa tanpa ada rasa ada yang tertinggal di Sevel itu.

Hari itu terik banget, deh. Sambil menunggu narasumber datang di TKP liputan, gue bilang ke Om Elik, "Om gimana kalau balik ke kantor ntar-ntaran aja, panas banget gini." Om Elik pun menyetujui saran gue.

Liputan berakhir sekitar pukul 16.00an gitu (lupa persisnya menit dan detiknya :p), balik lah ke arah kantor dari daerah Senopati. Di tengah jalan, bensin motor Om Elik udah kela-kelip tanda mau habis. Gue nggak mau dorong lah kalau tiba-tiba mogok di tengah jalan. "Om, isi bensin keleuuuuss (kali -bahasa anak g4uL sekarang)," tutur gue.

Nggak lama setelah itu, ada pom bensin di depan mata kami. Girang lah kami seperti anak kecil yang lagi nangis lalu dikasih ice cream dari mamanya. Om Elik tergesa-gesa mau ambil uangnya untuk membayar bensin. Gue bilang "Om, pake uang Ratih dulu deh, ya." Ke kasir lah gue sambil ngambil dompet di tas, mba-mba kasirnya bilang "30ribu ya, Mbak." Sambil buka dompet dan ngambil uang 30 ribu, gue bilang "iya, Mba."

Gue sempet bengong di depan kasir pom bensin yang warnanya kuning-kuning kayak eek itu. Gue bengong bukan karena liat eek :p gue bengong karena ngeliat uang gue di dompet cuma ada 38ribu, yang sehatusnya ada 88ribu karena tadi gue jajan di Sevel 12ribu (karena gue membayar pakai uang 100rb, mana tinggal selembar-lembarnya *curhat lagi*)

Pas gue ngeliat struk Sevel itu dan masih di depan kasir, gue kaget, karena tertera pada cash Rp.50.000 dan tertera pada 'kembali' Rp.38.000. "Shyiiiiit, gue kesirep," dalam hati miris.

Jalan lah gue menuju Om Elik, sambil bingung dan agak sedikit panik. Om Elik pun langsung nanya, "Kenapa Tih, kurang ya uangnya?" sambil mencoba mengambil dompetnya lagi di dalam tas, untuk menambahi uang gue yang kurang, pikirnya.

"Nggak, Om. Cukup kok, cuma kayaknya Ratih skip gitu deh tadi pas Sevel. Tadi kan Ratih jajan 12rb, trs bayar pake 100rb, udah gitu Ratih nggak meriksa kembalian lagi, langsung masukin ke dompet, kan tadi lagi ngos-ngosan tuh. Tapi, di struk tulisan bayarnya 50rb, kembali 38rb, bener sih kalo di struk, mah," curhat gue di motor. "Ya nggak mungkin balik lagi ke Sevel terus komen, harusnya tadi pas di depan kasir Sevelnya, yaudalah musibah," tambah gue.

"Yaaah Ratih, pelajaran buat kita, kalau abis belanja apapun, di manapun harus cek kembalian dan struk lagi yaa di depan kasir, yaudah sabar, tar kita jajan mie ayam gerobakan, deh," kata Om Elik sambil menyetir motornya yang abis diisi bensin lalu berlari kencang.

Gue berpikir, gue dan mba-mba kasir itu cuma manusia, semua punya kecerobohan. Tetapi, kalau memang ada udang di balik batu, ya mudah-mudahan udangnya enak kalau di makan.

Saran untuk semua, jangan lupa meriksa lagi struk serta uang kembaliannya di depan kasir, berapapun, di manapun. Kejahatan ada karena kesempatan (kayak di tipi-tipi :p).

Cheers,
selamat beraktivitas, semua :")

Tuesday, January 15, 2013

Masih kuliah

Semester tujuh sudah berakhir, yang artinya gue akan memasuki semester terakhir dimana semester yang gue tunggu-tunggu, apapun rintangan yang akan terjadi nanti dalam menjalani skripsi mudah-mudahan gue bisa lalui dengan suka cita.

Berasa beda banget lho kuliah sama sekolah, yang dulu waktu sekolah gue ngebayangin kuliah itu enak gak pakai seragam ke kampus, pulang kuliah cepet bisa nongkrong-nongkrong di mall bareng temen-temen, bisa cabut kelas jika malas melanda atau hal lainnya. Iya, awal-awal kuliah gue merasakan hal itu, eh tapi memasuki semester tiga dan seterusnya, semua yang gue perkirakan berbalik total.

Banyak tugas individu yang sama sekali ga boleh nyontek ke temen, ya masa tugasnya sama persis sama temen, bisa-bisa nilai gue rendah. Suatu saat gue pernah merasakan tugas individu yang dengan hasil 'ngeliat plek-plek' tugas temen gue. Enam aja dong nilai gue. Cekikikan sih awalnya, tapi kesini-sini gue nyadar bahwa tugas kuliah itu berbeda sama tugas sekolah yang lima menit sebelum bel bunyi bisa dikerjain.

Semester-semester 'ruwet' telah gue lampaui dengan suka duka, dari liputan ke pasar, pengadilan, stasiun, terminal, sekolah, hmm mana lagi yaaa? sangking banyaknya tugas liputan gue sampe lupa udah liputan kemana aja *belagu*. Ngerjain tugas video atau foto yang bikin ga pulang-pulang ke rumah, pulang sih, tapi pulang pagi *eh gimana sih ini, pulang apa enggak namanya yaa*.

Di semester-semester akhir gue dikagetkan oleh mata kuliah MPK dan Seminar yang dapet dosen super duper killer, killer dalam hal disiplin sih sebenernya. Di kampus dia dilabeli dengan Mr. Saturday, karena dia cuma ngajar di kampus cuma hari Sabtu. Walaupun dia banyak ga disukai banyak mahasiswa di kampus, tapi gue menyadari bahwa apa yang diajari dia akan berguna menjelang pembuatan skripsi. Ga boleh masuk kelas lewat sedetikpun, dan tugas harus dikumpul tepat waktu. Banyak yang failed di kelasnya dia itu cuma gara-gara telat masuk kelasnya. Gue ga terlalu masalah sih sama peraturan dia.Yaiyalaaah secara gue dapet kelas dia berturut dari MPK ke Seminar (semester enam & tujuh).

Memasuki liburan dari semester tujuh ke delapan ini, gue bukannya senang *ya dikit sih senangnya karena bisa menghela nafas dari kejamnya tugas-tugas di semester tujuh* tapi kepikiran judul apa yang akan gue pakai untuk skripsi gue nanti. Mudah-mudahan judul di seminar bisa dilanjutkan ke skripsi, can i get an Amen? *Amiiin* *dalam hati*

Gue pingin banget cepet-cepet selesai kuliah karena udah ga mau aja ngerjain tugas yang buang-buang uang gitu aja, ya walaupun dunia kerja tugasnya lebih ribet dari ini, tapi kan ada ujungnya *ehem uang*. Biar bisa nabung terus lanjutin kuliah lagi pakai uang sendiri. *ehem sok bijak* *kita liat lima tahun lagi apakah bisa S2* *Amiiin lagi dalem hati.*

:')